WS. RENDRA, PEJUANG ITU SUDAH TIADA…
Oleh Syafruddin Muhtamar
Telah berpulang ke haribaan Ilahi dengan damai seorang penyair dan dramawan besar pada pertengahan 2009, menjelang tanah air kita merayakan hari kemerdekaannya. Adalah Wahyu Sulaiman Rendra (WS. Rendra) Si Burung Merak telah mengepakkan sayapnya melayang kelangit ‘alam semula’ mengikuti takdir yang telah ditentukan dengan sempurna Yang Maha Kuasa.
Kepergiannya adalah kehilangan bagi kita masyarakat nusantara. Sebuah pribadi dengan predikat fungsionalnya sebagai manusia penyair, dramawan dan budayawan; WS. Rendra telah menyempurnakan seluruh fungsi kemanusiaannya dalam konstruk visi yang diimpikannya, yakni kekuasan yang berkeadilan dan kemanusiaan yang berkebudayaan. WS. Rendra telah berjuang sepanjang hayatnya untuk menentang seluruh apa yang bertentangan dengan fitrah kebudayaan dan ketidak adilan hukum dan sosial. Estetika adalah pilihannnya dalam proses prjuangan panjang yang telah dirintisnya sejak ia ‘melek’ realitas dan ‘tersingkapkan’ akan kesadaran alam dalam kehidupannya.
Kepergiannya adalah kehilangan bagi kita. Kita yang tertindas oleh sistem yang tidak memihak pada keadilan. Kita yang terpinggirkan oleh derap kehidupan yang hanya memihak pada kepentingan elitisme. Kita yang merana oleh cengkraman kuku-kuku kekusaaan yang menindas akal sehat dan kesadaran kebudayaan. Kita yang merana karena ketidakpastian masadepan sebab pendidikan telah menjadi barang dagangan kapitalis. Disanalah Sang Burung Merak itu membela kita. Sajak-sajaknya telah membalut luka derita kaum tertidas dan papah. Drama-dramanya diatas panggung dengan telak menusuk jantung kekuasaan yang pongah, sombong dan angkuh. Ceramah-ceramah kebudayaannya membuat peta jalan harmoni bagi kehidupan kita.
Itulah mengapa kita kehilangan. Komitmen perjuangan estetiknya bagi kehidupan yang nyata sungguh-sungguh patut memperoleh apresiasi besar. Dia menjadi penyair dan dramawan secara sadar dalam pilihannya untuk menegakkan nilai-nilai kebaikan dalam suatu perjuangan tiada letih hingga akhir hayatnya. WS. Rendra tidak memperlakukan pilihannya itu sebagain profesi yang hanya berorientasi pada finansial dan popularitas, tetapi menggunakannya sebagai metode dan alat perjuangan untuk suatu kehidupan politik dan sosial bangsa dan negara Indonesia yang lebih baik dalam keberadilan dan keberbudayaan.
WS. Rendra sang Burung Merak telah meninggalkan jejaknya sebagi pejuang dengan senjata estetika dalam rentang panjang sejarah kemerdekaan kita hingga menjelang hari raya kemerdekaan bangsa ini yang ke 64. WS. Rendra adalah pengingat bagi kekuasaan yang meyimpang. WS. Rendra adalah penyadar bagi kaum yang terampas hak-haknya. Dan Si Burung Merak itu telah tiada. Dia sudah meyempurnakan perannya di alam fana ini.
Semoga jejaknya perjuangannya sebagai penyair, dramawan dan budayawan untuk perubahan tata nilai politik kekuasaan dan tata nilai sosial kemasyarakatan, menginspirasi kita untuk melanjutkan cita-cita perjuangannya dalam peran dan porsi kita masing-masing. Selamat jalan Sang Pejuang Kebudayaan.
Label: Dunia kebudayaan
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda