Senin, 10 Desember 2007

KABAR DARI BISIKAN PERTAPA TUA

Oleh: Shaff Muhtamar

Aku ingin mengabarimu tentang kehidupan lain. Kehidupan yang tiada pernah kita rasakan dan nikmati sebelumnya. Kehidupan tanpa derita, sakit dan jenis ketakberdayaan lainnya. Kehidupan yang setiap kita mengetahuinya, hanya karena adanya pengetahuan kita itu maka kita menjadi tidak perna bisa menjama dan memasukinya. Jadilah manusia yang tak berpengetahuan atas segala sesuatu. Dan lepaskan seluruh pengetahuanmu tentang sakit, derita dan ketakberdayaan itu serta pemahamanmu tentang kehidupan itu yang akan menjadi kabar baik bagimu hari ini. Maka jika mampu engkau menguliti seluruh dirimu menjadi tanpa pengetahuan secuilpun bahkan sebesar biji sarrah sekalipun, maka janji mengenai kabar kehidupan yang aku maksud segera akan menghampirimu. Aku bukan pertama yang pernah engkau temui saat pertama kali engkau akan meningggalkan rahim ibumu, yang berbisik ditelingamu tentang suara gaduh diluar dunia rahim akan memekakkan telingamu hingga engkau tak tahan dan lalu menangis. Tagis itu adalah kesedihan pertamamu di dunia dimana para iblis bersemayam didalamnya dikerak bumi paling bawah ditemani malaikat melayang-layang di langitnya mengawasi setiap gerak hati yang bolak balik dari kiri dan ke kanan. Termasuk ketika persaksianmu akan kebenaran tunggal yang mengantarmu ke gerbang alam semesta, dan menjadi prasyarat mutlak akan kehadiranmu yang sempurna sebagai manusia dengan segala kelemahan dan kelebihannya.

Aku ingin mengabarimu tentang kehiduapan lain yang pernah engkau lewati sebagai rangkaian perjalanan sejarah kemanusiaanmu hingga engkau menjelma dewa suatu saat kelak, jika musim takdir menghendakinya bagimu. Kehidupan rahim bunda ketika sebelum ada persaksian apa-apa selain pada Realitas sejati. Aku menyesalinya mengapa engkau harus lahir dan menggendong segala beban duka yang tak terkira di setiap kujur tubuhmu. Dan mengapa engkau mengiayakan sebuah kebodohan ketika engkau rela saja diantar menemuiku di alam gersang dan menyedihkan ini.

Tetapi aku tiba-tiba merasa yakin percuma mengabarimu kawan, sebab engkau mengetahuinya melebihi yang dibisikkan pertapa tua itu kepadaku. Dustaku lebih banyak dari kejujuranmu.

Makassar, 9 desember 2007.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda