Jelang Kepergian ‘Sang Sahabat’ Ramadhan
Oleh: Shaff Muhtamar
Kalo anda seorang muslim, akhil balik dan sudah mampu membedakan mana baik dan mana yang buruk, anda di bulan suci ini pasti puasa. Karena hal itu adalah antara lain dari syarat orang yang bisa menjalankan ibadaah puasa secara wajib. Sebagai muslim yang kena wajib puasa di bulan suci ini, maka tak terasa hari akhir puasa segera akan tiba dan hari kemenangan menanti. Saat ini sudah kita masuki hari ke 25 puasa, ini berarti kurang 4 atau 5 hari lagi kita akan masuk kepintu Idul Fitri.
Biasanya kita kalo kedatangan tamu yang kita tunggu-tunggu, harapkan kedatangannnya dengan harapan-harapan dalam kecemasan, menanti dengan segala bentuk persiapan dan kelengkapan yang ada, tamu yang bagi kita teramat istimewanya mungkin karena kehormatannya, dan kelebihan-kelebihannya yang luar biasa, seringkali kita agak kikuk dalam melakukan pelayanan, takut tamunya kecewa, tetapi kita sangat berbahagia dalam segala tindak tanduk pelayanan itu, bangga bisa berbuat baik bagi yang sang teristimewa itu.
Dan pasti kita mengharapkan kehadirannya dirumah kita bisa lebih lama lagi dan lebih lama lagi. Kehadirannya bagi kita tidak menimbulkan kerugian apapun, malahan keberadaanya tersebut memberi kita teramat banyak manfaat, pengetahuan, hikma dan persahabatan serta persaudaraan yang mendalam, dari otak hingga ke hati hati. Satu periode singkat atau mungkin lama kita habiskan bersamanya dalam canda, tawa, suka dan duka atau juga mungkin sedikit bumbu-bumbu ketegangan dan ketersinggungan dalam ukuran-ukuran persabatan manusiawi.
Hingga kita merasa kehadirannya betul-betul telah banyak merubah hidup kita secara mendasar dan kita hidup lagi penuh dengan kobaran api semangat. Karenanya kita merasa enggan untuk berpisah dengannya. Kebersamaan tiada batas waktu adalah keinginan kita yang tak terwarkan. Tapi apa daya teman baik kita itu tetaplah seorang tamu. Dia segera akan beranjak pergi meninggalkan rumah kita dengan sejuta kesan dan pesan yang tiada bisa terbeli dengan seluruh emas diseluruh penjuru bumi, meskipun dihimpun jadi satu.
Dan adalah tinggal kesedihan kita yang menggelayut di dada tat kala kita tahu tamu agung kita itu, sudah menyebut tanggal, hari dan jam keberangkatannya dari rumah kita. Kita mungkin akan tidak terlalu banyak berbicara, perasaan kita membayang betapa kesendirian makna dan hikma akan menjadi teman kita setelah sang tamu istimewa itu benar-benar tidak lagi ada dirumah kita, berangkat pergi ke kediamannya yang sejati.
Demikiannlah rasanya Bulan Ramadhan sang tamu istimewa ummat manusia di rumah sejarah kita tahun ini. Bulan dengan sejuta hikmah dan pelajaran tak terbatas, bulan angung karena special dibuat oleh Yang Maha Kuasa untuk ummatnya sebagai jalan sutra cinta menuju ke cintaNya.
Air mata pecinta jatuh menyentuh sajadah
Sujud menghantarnya mencium kaki sang maha raja
Perpisahan segera menjelang
Tetapi dosa-dosa masih terasa sesak di dada
Menindih setiap perasaan yang terucapkan
Juga penyesalan tiada guna lagi
Kesempatan baik segera di cabut atas kehendakNya
Harapan dan kecemasan memenuhi langit-langit jiwa
Mungkinkan waktu datang doa-doa masih bisa di panjatkan
Jika takdir usia tiada pasti
Ramadhan engkau telah datang menjenguk hati yang terluka
Tersayat oleh kehilapan yang disengaja dan tak disengaja
Engkau mengobatinya disetiap malam ketika denyutnya
Berdenting bening di tengah malam dalam takbir, sujud dan doa
Langit ditengah malammu begitu ramah menyambut setiap mata hati
Yang tengadah dan tangan-tangan yang penuh penyesalan diri
Ramadhan engkau segera berlalu
Tinggalkan jejak kenagan manis disetiap hati
Yang engau anugerahi Lailatur Qadarmu
Yang engkau anugerahi tulus ibadah
Yang engkau anugerahi kecintaan menolong sesama
Semoga usia panjang, dan kita
Bersua kembali jika engkau datang ditahun yang akan datang.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda