Qasidah Marwah Binti Muhammad Idris II (Mengenang dalam Haul 100 hari)
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih Maha Penyayang.
Sudah tiga purnama berlalu engkau dan bayangmu telah hilang dari pelupuk mata. Kini purnama ke empat juga hampir usai, menggenapkan usia kepergianmu yang makin nyata. Sebagai mana cinta telah diletakkan dari rahimNya maka tiada alasan untuk tidak rindu. Tuhan begitu mahir mempermaikan takdir kasih sayangNya diantara kehidupan dan kematian.
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad
Alhamudillah, Allahu Haq
65 tahun umur duniamu ketika seorang suami yang tiada pernah melepas dekap cintanya, engkau melepaskan tangan kasih sayangnya menuju kasih sayangNya, dalam perpisahan yang indah. Diatarnya engkau dengan sekutum doa penuh semerbak kesturi, keindahannya merentang dari tanah yang dipijaknya saat melantunkannya hingga engkau kelak tiba di surgaNya. Sejak engkau segera ingin pergi sampai setiap saat ketika dia mengenangmu, tangannya begitu ringan tengadah kelangit, mengrimkannya kuntum-kuntum doa yang lebih banyak lagi untukmu. Ilahi betapa tanganMu begitu Pemurah.
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad
Alhamudillah, Allahu Haq
Lewat 3 tahun usiamu dari Nabi suci Muhammad SAW, engkau meninggalkan 6 anak yang telah engkau besarkan dalam segala dayamu. Suatu masa menyirami mereka dengan kasih sayang seperti rumput yang baru tumbuh di halaman rumah. Dan setelah tanamamu mulai rindang dan berbunga, engkau selalu duduk di senja hari menikmati keindahnnya dalam senyum abadi. Ilahi, sebuah kemurahanMu yang tak bisa terbayarkan, telah mengrimkan kami marwahMu.
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad
Alhamudillah, Allahu Haq
Pada hari ke 100 engkau di teras surgawi, kami mengenangmu dengan yasin, dengan zikir dan shalawat. Semoga tetap melimpah rezkimu disisiNya dariNya. Kami mengenang kematianmu untuk melembutkan hati, sebagaimana Rasululllah SAW menyebutnya. Kematian adalah pintu yang setiap jiwa akan melewatinya, sebab jiwa berhasrat pada kehidupan abadi. Akhirat adalah kehidupan sejati, menemuninya hanya mungkin melalaui kematian. Bawalah bekal kesejatian menuju akhirat, sebab tiada lagi bekal duniawi yang dapat dibawa serta.
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad
Alhamudillah, Allahu Haq
Ada bias-bias cahaya purnama meriak-riak dipermukaan laut yang tenang, angin sedang menyembunyikan diri, membiarkan laut tanpa ombak, membiarkan permukaan laut menjadi cermin bagi rembulan. Seluruh peristiwa adalah takdirNya, segenap takdir adalah cerminNya. Seperti rembulan yang menatap wajahnya di permukaan laut, menyaksikan keindahanya sendiri. Kematian dan kehidupan seperti lautan dan rembulan. Rembulan tiada berpisah dari cermin lautan, ketika purnama.
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad
Alhamudillah, Allahu Haq
Damailah senanatiasa ruhanimu di alam penantian akhirat, wahai ibu, beserta irama puisi amal kebajikan yang senantiasa terkirim. Tuhan menghendaki kami terus mengabdi padamu, meski engkau tak lagi ada di pelupuk mata untuk selamnya. Harapan kami gantungkan hanya pada kekasihNya, hambaNya, kecintaaNya, alasanNya mengapa dunia dan selaksa isinya ini Dia adakan, Muhammad al Mustafah, yang pemurah bagi yang membutuhkan syafaatnya, yang ingin agar doa kita mudah untuk di terimaNya. Kepadanya kami senantiasa mengharapkan kebaikan untukmu ibu.
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad
Alhamudillah, Allahu Haq
SM, Rabiul Awal 1443 H
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda