TANTANGAN KREATIVITAS MASA PANDEMI COVID-19 Sebuah Pandangan Umum*
Syafruddin Muhtamar
* Disampaikan pada talkshow Literasi di Perpustakaan Daerah Sulsel
Pengantar
Sudah hampir setahun, sejak desember 2019, dunia diterpa glombang pandemi yang cukup menggoncang. Sebuah virus, yang kemudian diberi nama Covid-19, berkeliaran secara ‘gaib’ disekitar kita dan megancam kesahatan manusia setiap saat. Selama kurun waktu, sampai saat ini, dunia mengalami semacam krisis kesehatan yang mengkawatirkan, karena bukan hanya mengancam nyawa penduduk bumi, tetapi implikasinya pada bidang kehidupan lainnnya, cukup serius.
Pada bidang ekonomi misalnya. Pertumbuhan ekonomi negeri ini anjlok sejak pandemi, banyak perusahan tidak bisa beropresai, gelombang PHK tidak terhidarkan. Dan pengangguran menjadi masalah baru yang harus ditangani. Fenomena ini tidak hanya di negeri kita, tetapi hampir merasa secara global. Laporan lembaga keuangan dunia menyebut nampak pandemi ini telah membuat dunia global mengalami kerugian besar dan menyeret ekonomi dunia ke jurang krisis. Bidang sosial dan politk juga tak luput dari paparan pandemi Covid-19 ini. Bagaimana agenda-agenda politik Negara banyak yang mengalami hambatan, hingga mengganggu program-program politik nasional maupun internasional. Bidang sosial misalnya, nampaknya bagi kaum perempuan atau ibu-ibu rumah tangga, yang harus menanggung beban baru sebagai ‘guru’ dirumah, selain dalam menjalankan tugas pokoknya mengasuh anak, mengurus suami dan apalagi juga jika sambil bekerja.
Tetapi sesunguhnya, menurut hemat penulis, jika berbicara mengenai tantangan era pandemi ini yang terberat adalah implikasi psikologisnya, dari bagaimana sebaran virus ini ditangani. Physical dan social distancing adalah salah satu cara yang digunakan untuk memutus matarantai penyeraran virus tersebut. Pada situasi ketika kita ‘tiba’tiba’ harus distop berinteraksi sesama manusia, dimana interaksi adalah nature kita sebagai mahluk sosial, dengan segala kebaikan dan kemanfaatannya, dan dipaksa harus berpisah dari community atau gerombolan/kerumunan kita, menjadi individu-individu dalam radius ‘dirumah saja’. Ini menimbulkan shock. Apalagi dengan pemutusan hubungan ini juga menimbulkan pemutusan penghasilan dan silaturahmi. Physical dan social distancing secara regulatif untuk sementara ‘mengamputasi’ nature sosial kita untuk menjadi hanya sekedar individu saja.
Pada sisi ini saya kira tantangan kreatifitas di masa pandemi ini dapat dilihat atau dapat muncul. Pembatasan fisik dan sosial ini, secara sains medis, memang harus dilakukan karena merupakan cara ampuh dalam memotong pergerakan si tuan Covid-19 ini. Dan tentu sebagai warga Negara kita harus patuh demi kebaikan bersama. Dan tentu kebijakan Physical dan social distancing ini hanya untuk sementara waktu saja, sampai masa pandemi berakhir.
Tantangan dan Kreatifitas
Ada dua kata kunci, berkenaan tema ini, yakni kata tantangan dan kreatifitas. Berkaitan dengan dua kata kunci itu, menarik untuk menyebut teori Challenge and Respons – nya Alrnold Toynbee, seorang sejearawan dunia. Teorinya tentang Tantangan dan Tanggapan. Teori ini tentang perubahan peradaban sebenarnya, tetapi kita coba juga gunakan dalam bentuk tafsiran, terhadap dua kata kunci yang kita diskusikan ini.
Menurut Toynbee, manusia itu sesungguhnya berdampingan secara alamiah dengan Tantangan dalam kehidupannya. Kemajuan dan kemunduran kehidupan itu bergantung dari Respon manusia atas tantangan kehidupannya. Kemajuan peradaban modern sekarang ini adalah buah dari cara manusia merespon tantangan alam dan sosialnya. Artefak-artefak industri dengan segala instrument tehnologisnya, dari yang sederhana sampai yang kompleks di era internet dan digitalisasi, sesungguhnya wujud dari repon kreatif manusia terhadap tantangan kehidupan.
Jadi pada hakikatnya tantangan itu bisa menghasilkan suatu bentuk kretaifitas. Merujuk pada arti kata kreatiif sebagai memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk mencipta, maka kehadiran tatangan dalam kehidupan kita, dapat dikatakan berkah atau rahmat, karena akan menstimulan merangsang lahirnya daya-daya kreasi/cipta dari manusia. Dan kemajuan peradaban modern atau post modern yang kita nikmati sekarang ini, tidak bisa dipungkiri merupakan hasil sebuah kreatifitas. Daya cipta kitalah yang menjadi sebab elementer terbentunya kemegaham peradaban modern ini.
Oleh karena itu Tantangan dan Kreatifitas, sesungguhnya berjalan seiring, terapi bersyarat: tergantung dari sejauhmana manusia mendayagunakan potesi kreatifnya terhadap tantangan yang ada. Daya cipta ini bersifat potensial yang melekat sebagai nature manusia. Sehingga dengan demikian mengaktualkan potensialitas ini merupakan kewajiban, kewajiban moril manusiawi kita. Siapa yang tidak kreatif berarti tidak melaksanakan kewajiban morilnya sebagai manusia, yang diberikan sebagai rahmat oleh Tuhan dengan daya cipta tersebut.
Apa yang kita bisa bayangkan jika potensi daya cipta yang ada ini dibiarkan mengganggur dan terparkir sebagai benda antik, yang cantik tetapi tidak bermanfaat. Saya kira kita akan mendapati kehidupan ini penuh dengan kesuraman, bahkan mungkin akan tercerabutnya kehidupan dan digantikan kematian sejarah. Sejarah akan berhenti bergerak jika tidak ada penciptaan-penciptaan, jika tidak ada kreasi-kresi dalam kehidupan ini. Kehidupan ini menjadi seorang wanita yang kehilangan pesona kecantikannya, atau lelaki yang kehilangan pesona keperkasaannya.
Maka bagi pribadi yang memahami hakikat dirinya sebagai mahluk creator / sang pencipta, maka dia akan memakmurkan buminya, kehidupannya dengan ciptaannya yang memiliki nilai manfaat bagi dunianya dan akhiratnya. Mengapa kita harus mengikutkan kehidupan setelah kehidupan di dunia ini? Karena ini menyangkut pemberian dari yang Maha Pemurah kepada kita berupa daya kreatif/cipta itu. Mengimplementasikan daya cipta itu berarti berarti wujud syukur kita atas rahmay-Nya. Maka rahmat daya cipta itu juga harus diorientasikan pada kehidupan yang mengandung makna-makna surgawi.
Jika orentasi kita dalam kreativitas sebatas pada kreativitas itu sendiri, terbatas hanya untuk kemanfaatan finansial, atau popularitas, puji-pujian dan penghargaan masyarakat maka sesungguhnya kita telah menyalahi tujuan tertinggi dari pemberian daya cita itu kepada kita, sebagai rahmatnya. Karena tuhan menghendaki kita bisa menempati kehidupan bahagia di surga dengan rahmat daya cipta itu.
Orang bilang bekerja itu ibadah. Bekerja pada hakikatnya mencipta, maka siapa yang kretaif dengan intensi yang konsisten baik dalam menghadapi tantangan berat dan dinamis maupun yang biasa saja, itu berarti kita sedang beribadah. Maka berbanyaknya ibadah dengan terus berkarya ditengah pandemi ini.
Oleh karena itu dapat dikatakan relasi atau hubungan antara Tantangan dan Kreatifitas bersifat causalitas, memiliki hubungan sebab akibat. Keberadaan Tantangan karena mengendanki adanya Respon atau Tanggapan berupa kreatifitas, agar kehidupan ini dapat berjalan terus.
Kemajuan Tehnologi dan Kreatifitas Literasi Tanpa Batas
Merujuk pada arti literasi sebagai kemampuan individu berkenaan dengan membaca, menulis, menghitung dan memecahkan masalah yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, maka jika dikaitkan dengan kemajuan tehnologi modern di bidang informasi dan komunikasi, dapat dilihat dunia literasi ini berkembang dalam kreativitas tanpa batas. Coba kita perhatikan tehnologi menulis dan membaca, dari zaman pra sejarah hingga era sejarah, dari zaman klasik hingga era post-modern. Dunia literasi mengikuti proses perubahan ini melalui kemajuan tehnologi dibidang informasi dan komunikasi, baik secara revolutif maupun evolutiv.
Jadi dari sisi tehnologi, tidak ada alasan bagi kemunduruan kreatifitas literasi, dalam rangka lebih memajukan kehidupan dan peradaban manusia lebih bermakna. Dengan tehnologi informasi dan komunikasi itu, dunia literasi memiliki aksesibiltas yang signifikan karena keberadaan High Tech. inilah yang dikenal sekarang dengan istilah Literasi Tehnologi, ketika tehnologi informasi dan komunikasi dipandang sebagai kemapuan mendorong pemecahan masalah dengan berbasis ilmu pengetahuan.
Maka dengan kemajuan tehnologi informasi dan komunikasi, interaksi fisik dan sosial yang ‘dilarang’ pada masa pandemi bisa diatasi dengan interaksi didunia maya melalaui jaringan vitual internet. Sehingga ‘jarak jauh’ di dunia fisik bisa menjadi ‘dekat’ di dunia maya. Revolusi tehnologi dunia maya sekarang menjadi ‘dewa penolong’ bagi usaha kreatif manusia menghadapi pembatasan fisik dan sosial saat ini. Ada banyak contoh saya kira bagaimana dunia internet sekarang ini menjadi mega solusi di masa-masa pandemi.
Berkenaan dengan konteks kreatifitas menulis sebagai seniman di bidang sastra atau penulis secara umum dalam bidang ilmu pengetahuan, maka tidak alasan untuk mandeq dengan kebijakan lockdown di masa pandemi ini. Seperti yang telah disebut awal bahwa, seorang kreator sejati mengetahui kewajibannya untuk memberi respon atas tantangan yang dihadapinya, dengan tetap bekerja dengan mendayagunakan daya ciptanya, menghasilkan karya-karya yang berkualitas.
Katanya, makin keras ombak yang dihadapi seorang pelaut, maka makin mudah baginya meraih predikat sebagai pelaut ulung. Tidak ada pelaut ulung jika belum pernah berhadapan ganasnya amukan badai gelombang di lauatan lepas yang mengancam jiwa.
Kesimpulan
Tantangan berkreativitas di era pandemi ini harus dipandang sebagai rahmat. Dengan begitu kita memiliki modalitas emosional dalam menghadapi masa-masa pandemi. Terkadang pemilik alam ini punya cara tersendiri untuk memberikan pendidikan pada mahluk-mahluk yang ada di dalamnya. Dengan anjuran agar kita ‘tetap dalam rumah’ kita bisa mengambil hikmah bahwa, seharusnya kita belajar untuk melihat dalam rumah kita yang sejati ‘rumah kalbu’ rumah sejati bagi setiap insan, yang isinya adalah cahaya-cahaya kebaikan ilahiyah. Kalau selama ini kita terlalu sering ‘diluar rumah’, artinya kita lebih banyak berorientasi ke hal-hal yang bersifat kebendaan sehingga lupa, yang rohani yang ada di dalam rumah kalbu kita itu. Tuhan mungkin ingin kita banyak berkontemplasi mengingat diri-Nya, ditengah kesibukan kita mengejar reski, kita melupakan Pemilik reski.
Tantangan dan kreatifitas adalah dua hal yang tak terpisahkan. Relasinya bersifat causalitas. Hubungannya seperti antara pertanyaan dan jawaban, kedua-duanya tidak bisa bersidir sendiri-sendiri, tetapi satu kerpaduan yang harmonis. Menghilangkan salah satunya merupakan kepincangan atau kecacatan eksistensial.
Literasi tehnologi merupakan solusi kreatif di era pandemi. Maka harus kita manfaatkan sebagai wadah bagi daya kreatif kita dalam menyiapkan dan menghasilkan karya-karya yang tidak hanya menimbulkan manfaat bagi kehidupan di dunia tetapi juga di akhirat.
Makassar, 25 September 2020
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda