Oleh Syafruddin Muhtamar
Ada hantu yang baru lahir dalam sejarah
terorisme. Keberadaanya sedemikian mengguncang denyut kehidupan masyarakat
muslim, bukan hanya wilayah kelahirannya di Timur Tengah, namun juga ummat
muslim dunia umumnya. Adalah ISIS (Islamic State in Iraq and al-Syam)
hantu teror baru pasca Al Qaeda yang fenomenal itu, dalam sejarah
teror global, menjadi icon teror termutakhir dalam jagat perteroran dunia.
Klaimnya akan pemerintahan Islam bagi masyarakat muslim seluruh dunia dengan
bentang kekuasaan dari Iraq hingga Suriah, telah memaksa ummat muslim lainnya
untuk memberikan baiatnya kepada Abu Bakar Al Baghdadi sebagai khalifah Daulah Islam yang
mereka angkat. Ketakutan telah melanda masyarakat di sekitar dan dalam wilayah
kekuasaan mereka. Sepakterjangnnya yang mengerikan dalam mengerjakan apa yang
mereka namakan ‘menjalankan misi suci pemerintahan Islam’ melawan musuh-musuh
Allah, telah menimbulkan antipati bagi sebagian besar kaum muslim. Bahkan klaim
‘status’ mereka sebagai Daulah Islmiah, meragukan.
Kekerasan
dan pembunuhan adalah cara-cara yang diandalkan, diutamakan dalam menegakkan
Daulah Islamiah yang mereka klaim itu. Cara-cara ini tidak hanya telah
menumpahkan darah saudara-saudara muslim mereka, namun juga menyengsarakan masyarakat
umum lainnya dan tentu sangat mencoreng serta mengotori wajah Islam yang
sesungguhnya. ‘Kekhalifaan’ beringas yang mereka jalankan membuat banyak
pengamat curiga akan keberadaan mereka. Bahwa mereka tidak lebih sekedar ‘chaki’ si boneka yang berwajah hantu dengan
semangat membunuh paling dingin, didesain untuk menimbulkan huru-hara di
‘perkampungan’ kaum muslim.
Analis
mengatakan, ISIS adalah bentukan lembaga-lembaga intelejen internasional yang
bertujuan melindungi kepentingan mereka secara sepihak, dengan sengaja
mengorbankan kepentingan kedamaian, kesejahteraan dan keadilan ummat manusia
secara umum, terutama secara khusus ummat muslim. Kekuatan ‘kuasa dunia’ tengah
dan terus akan memainkan permainannya dalam rangka menegakkan angkara murka
dimuka bumi dengan wajah bertopeng manis. Dengan memanfaatkan kemampuan
‘rahasia’, para ‘pengendali’ dunia merancang permainan seolah sebuah takdir
semesta, yang kemudian pihak merekalah yang akan keluar sebagai pemenang di
ujung rancangan permainan tersebut. Tidak perduli sejauh apa kehancuran,
kemerosotan dan huru-hara terhadap kehidupan manusia yang ditimbulkan oleh
desain permainan ini. Bahkan mungkin efek destruktif inillah yang justru jadi
motiv utama permainan, sekaligus dengan demikian akan membentengi dan menjaga
kepentingan entitas elit-elit ‘kuasa dunia’.
Saat
ini dunia tengah dalam permaianan yang sungguh berbahaya dalam sejarah manusia.
Bersengketa, berkonflik dan berseteru adalah permainan yang demikan digandungi
diakhir zaman ini oleh bangsa-bangsa dunia. Dampaknya bisa kita lihat pada
setiap kawasan-kawasan benua bumi, senanatiasa diguncang perang, penderitaan
dan kesengsaraan merajalela. Seolah tidak ada lagi tempat aman buat manusia
dimuka bumi. Seluruhnya telah menjadi medan perang dalam segala bentuk dan
dinamikanya. Bagi kaum muslim di abad mutakhir sejarahnya, terorisme telah
menjadi momok bagi kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Tidak hanya
melemahkan dari ‘dalam’ namun juga menekan dari ‘luar’. Dan paling berat adalah
menanggug citra sebagai agama ‘teroris’ di mata masyarakat dunia, dan dampak
psikologis yang ditumbulkannya, yakni semakin hilangnya ‘selera’ berislam
secara bersungguh-sungguh. ‘Keseriusan’ berislam seringkali menimbulkan ketakuan
terhadap tuduhan sebagai ‘teoris’.
Keberadaan
kelompok teror global era pimpinan Osama Bin Laden yang ‘spektakuler’, cukup
menimbulkan sindrom ‘lemah selerah’ bagi kaum muslim yang ingin menjalankan
nilai-nilai keislamannya secara lebih ‘serius’. Kali ini setelah ‘proyek teror Al
Qaeda’ mulai meredup, permainan itu kembali dilanjutkan dengan membuat icon
teror baru bernama ISIS. Hantu teror baru ini bergentayangan, diseantero
‘perkampungan sejarah’ muslim dengan bendera baru bernama ‘daulah Islmia ISIS’.
Proyek permainan teror baru kembali digelar oleh para ‘kuasa dunia’ untuk terus
menciptakan ‘takdir’ kemenangan mereka sendiri, dengan membentuk boneka imut
bernama ISIS. Menebar kengerian dimana-mana, khusunya diwilayah yang mereka
kuasai, hadir laksana hantu-hantu gentayangan di wilayah-wliayah berpenduduk
muslim besar seperti di Indonesia. Mereka menyebar hampir di setiap provinsi
menggalang kekuatan secara sembunyi-sembunyi, meskipun menghadapi penentangan
secara resmi dari pemerintah dan oleh ormas-ormas Islam seluruh tanah air.
Kalangan Islam tanah air beranggapan, keberadaan ISIS di nusantara akan menjadi
pemancing dan penyebab meluasnya pertentangan, konflik dan pertikaian antar
umat.
Keberadaan
hantu teror baru ini ditanah air, secara tegas ditolak kaum muslimin terutama
karena akan mancabik-cabik kedamaian, persatuan dan ketenangan masyarakat
secara keseluruhan, bukan hanya dalam konteks kepentingan ummat muslim, namun
juga urusan dan kepentingan nasional. Dalam beberapa dekade terakhir, puncak
isu terorisme telah menimbulkan kegoncangan tersendiri bagi kaum muslim tanah
air. Ketidaknyamanan ‘sebagai Islam’ merupakan buah langsung dari proyek teror
global yang dirancang secara apik oleh ‘kuasa dunia’ secara ‘rahasia’. Sehingga
pemberantasan terhadap terorisme menjadi salah satu program penting pemerintahan
bidang keamanan dan menciptakan kesibukan tersendiri yang nampak ‘dramatis’. Dan
sikap eforia kelompok-kelompok Islam berbasis aksis radikalisme atas
‘terbentuknya kekhalifaan dan daulah Islam’ dan simpati terhadap telah
‘diteggakannya syariat Islam’ versi ISIS akan menjadi potensi yang menyuburkan agenda teror
diseantero dunia muslim termasuk di tanah nusantara ini.
Eksistensi ISIS yang lebih ganas dari
pendahulunya Al Qaeda akan menambah runyam perjalanan sejarah kehidupan ummat Islam
yang mengemban amanat qurani rahmatan lilalamin.
Hantu-hantu ISIS yang bergentayangan itu setiap saat mengacam
prinsip-prinsip dasar kelembutan/rahmat bagi semesta alam. Yang jahat tetap akan jujur memperlihatkan wajahnya yang
sebenarnya, yang baik demikian pula,
akan menampakkan rupanya dengan jujur dan mungkin lugu.
Label: Dunia Islam
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda