Jumat, 08 Agustus 2014

HANTU GENTAYANGAN ISIS

Oleh Syafruddin Muhtamar


Ada hantu yang baru lahir dalam sejarah terorisme. Keberadaanya sedemikian mengguncang denyut kehidupan masyarakat muslim, bukan hanya wilayah kelahirannya di Timur Tengah, namun juga ummat muslim dunia umumnya. Adalah ISIS (Islamic State in Iraq and al-Syam) hantu teror baru pasca Al Qaeda yang fenomenal itu, dalam sejarah teror global, menjadi icon teror termutakhir dalam jagat perteroran dunia. Klaimnya akan pemerintahan Islam bagi masyarakat muslim seluruh dunia dengan bentang kekuasaan dari Iraq hingga Suriah, telah memaksa ummat muslim lainnya untuk memberikan baiatnya kepada Abu Bakar Al Baghdadi sebagai khalifah Daulah Islam yang mereka angkat. Ketakutan telah melanda masyarakat di sekitar dan dalam wilayah kekuasaan mereka. Sepakterjangnnya yang mengerikan dalam mengerjakan apa yang mereka namakan ‘menjalankan misi suci pemerintahan Islam’ melawan musuh-musuh Allah, telah menimbulkan antipati bagi sebagian besar kaum muslim. Bahkan klaim ‘status’ mereka sebagai Daulah Islmiah, meragukan.

Kekerasan dan pembunuhan adalah cara-cara yang diandalkan, diutamakan dalam menegakkan Daulah Islamiah yang mereka klaim itu. Cara-cara ini tidak hanya telah menumpahkan darah saudara-saudara muslim mereka, namun juga menyengsarakan masyarakat umum lainnya dan tentu sangat mencoreng serta mengotori wajah Islam yang sesungguhnya. ‘Kekhalifaan’ beringas yang mereka jalankan membuat banyak pengamat curiga akan keberadaan mereka. Bahwa mereka tidak lebih sekedar ‘chaki’ si boneka yang berwajah hantu dengan semangat membunuh paling dingin, didesain untuk menimbulkan huru-hara di ‘perkampungan’ kaum muslim.

Analis mengatakan, ISIS adalah bentukan lembaga-lembaga intelejen internasional yang bertujuan melindungi kepentingan mereka secara sepihak, dengan sengaja mengorbankan kepentingan kedamaian, kesejahteraan dan keadilan ummat manusia secara umum, terutama secara khusus ummat muslim. Kekuatan ‘kuasa dunia’ tengah dan terus akan memainkan permainannya dalam rangka menegakkan angkara murka dimuka bumi dengan wajah bertopeng manis. Dengan memanfaatkan kemampuan ‘rahasia’, para ‘pengendali’ dunia merancang permainan seolah sebuah takdir semesta, yang kemudian pihak merekalah yang akan keluar sebagai pemenang di ujung rancangan permainan tersebut. Tidak perduli sejauh apa kehancuran, kemerosotan dan huru-hara terhadap kehidupan manusia yang ditimbulkan oleh desain permainan ini. Bahkan mungkin efek destruktif inillah yang justru jadi motiv utama permainan, sekaligus dengan demikian akan membentengi dan menjaga kepentingan entitas elit-elit ‘kuasa dunia’.

Saat ini dunia tengah dalam permaianan yang sungguh berbahaya dalam sejarah manusia. Bersengketa, berkonflik dan berseteru adalah permainan yang demikan digandungi diakhir zaman ini oleh bangsa-bangsa dunia. Dampaknya bisa kita lihat pada setiap kawasan-kawasan benua bumi, senanatiasa diguncang perang, penderitaan dan kesengsaraan merajalela. Seolah tidak ada lagi tempat aman buat manusia dimuka bumi. Seluruhnya telah menjadi medan perang dalam segala bentuk dan dinamikanya. Bagi kaum muslim di abad mutakhir sejarahnya, terorisme telah menjadi momok bagi kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Tidak hanya melemahkan dari ‘dalam’ namun juga menekan dari ‘luar’. Dan paling berat adalah menanggug citra sebagai agama ‘teroris’ di mata masyarakat dunia, dan dampak psikologis yang ditumbulkannya, yakni semakin hilangnya ‘selera’ berislam secara bersungguh-sungguh. ‘Keseriusan’ berislam seringkali menimbulkan ketakuan terhadap tuduhan sebagai ‘teoris’.

Keberadaan kelompok teror global era pimpinan Osama Bin Laden yang ‘spektakuler’, cukup menimbulkan sindrom ‘lemah selerah’ bagi kaum muslim yang ingin menjalankan nilai-nilai keislamannya secara lebih ‘serius’. Kali ini setelah ‘proyek teror Al Qaeda’ mulai meredup, permainan itu kembali dilanjutkan dengan membuat icon teror baru bernama ISIS. Hantu teror baru ini bergentayangan, diseantero ‘perkampungan sejarah’ muslim dengan bendera baru bernama ‘daulah Islmia ISIS’. Proyek permainan teror baru kembali digelar oleh para ‘kuasa dunia’ untuk terus menciptakan ‘takdir’ kemenangan mereka sendiri, dengan membentuk boneka imut bernama ISIS. Menebar kengerian dimana-mana, khusunya diwilayah yang mereka kuasai, hadir laksana hantu-hantu gentayangan di wilayah-wliayah berpenduduk muslim besar seperti di Indonesia. Mereka menyebar hampir di setiap provinsi menggalang kekuatan secara sembunyi-sembunyi, meskipun menghadapi penentangan secara resmi dari pemerintah dan oleh ormas-ormas Islam seluruh tanah air. Kalangan Islam tanah air beranggapan, keberadaan ISIS di nusantara akan menjadi pemancing dan penyebab meluasnya pertentangan, konflik dan pertikaian antar umat.

Keberadaan hantu teror baru ini ditanah air, secara tegas ditolak kaum muslimin terutama karena akan mancabik-cabik kedamaian, persatuan dan ketenangan masyarakat secara keseluruhan, bukan hanya dalam konteks kepentingan ummat muslim, namun juga urusan dan kepentingan nasional. Dalam beberapa dekade terakhir, puncak isu terorisme telah menimbulkan kegoncangan tersendiri bagi kaum muslim tanah air. Ketidaknyamanan ‘sebagai Islam’ merupakan buah langsung dari proyek teror global yang dirancang secara apik oleh ‘kuasa dunia’ secara ‘rahasia’. Sehingga pemberantasan terhadap terorisme menjadi salah satu program penting pemerintahan bidang keamanan dan menciptakan kesibukan tersendiri yang nampak ‘dramatis’. Dan sikap eforia kelompok-kelompok Islam berbasis aksis radikalisme atas ‘terbentuknya kekhalifaan dan daulah Islam’ dan simpati terhadap telah ‘diteggakannya syariat Islam’ versi ISIS  akan menjadi potensi yang menyuburkan agenda teror diseantero dunia muslim termasuk di tanah nusantara ini.


Eksistensi ISIS yang lebih ganas dari pendahulunya Al Qaeda akan menambah runyam perjalanan sejarah kehidupan ummat Islam yang mengemban amanat qurani rahmatan lilalamin. Hantu-hantu ISIS yang bergentayangan itu setiap saat mengacam prinsip-prinsip dasar kelembutan/rahmat bagi semesta alam. Yang jahat tetap akan jujur memperlihatkan wajahnya yang sebenarnya, yang baik demikian pula, akan menampakkan rupanya dengan jujur dan mungkin lugu.    

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda