9 JULI 2014
Inilah salah satu takdir manusia yang sulit terhindarkan, dipilih atau memilih pemimpin. Takdir dimensi kemasyarakatan dari hasrat kemanusiaan kita. Bagi kehidupan masyarakat kepemimpinan adalah mutlak adanya. Hanya cara kita dipilih atau menjadi pemilih pemimpin, menjadi berbeda-beda setiap sejarah dalam masyarakat. Sejarah masyarakat tradisional dan sejarah masyarakat moderen tentu saja memiliki polanya masing-masing. Sekarang ini momen-momen memilih pepimpin Negara telah berbeda sama sekali, sejak bangsa-bangsa memoles diri menjadi Negara moderen.
Dan akan tertulis dalam catatan politik moderen Republik Indonesia, tanggal 9 Juli 2014 sebagai hari bangsa Indonesia kembali menentukan kepemimpinan nasionalnya, menjelang usianya ke 71 tahun. Satu titik dari rangkain medio pilpres dalam rentang sejarah panjang tradisi pergantian kepeminpinan nasional republik ini. 9 Juli 2014 adalah waktu ketika siklus lima tahunan harapan masyarakat harus diputar lagi. Rakyat mempertaruhkan pilihannya untuk mimpi kehidupan masa depan yang lebih mensejahterakan dan membahagiakan. Seluruh asa menumpuk sesak pada jutaan kotak suara yang bersebaran pada ribuan bilik suara seluruh nusantara. 9 Juli 2014, segenap rakyat hanyut dalam ritme puncak pesta demokrasi tanah air. Prosesi politik moderen menjerat motiv tertinggi dari hakekat kewarganegaraan dalam pemilihan presiden dari bangsa besar ini. Rakyat tergerak dan tergiring untuk menggunakan hak politiknya tanpa rasa bosan meskipun ‘pesta demokrasi’ ini telah di selengarakan berkali-kali. Meskipun mungkin, juga berkali-kali janji-janji kampanye itu tertinggal dilangit-langit dusta, namun rakyat tiada pernah letih turut serta pada setiap momen pemilu dari republik tercinta ini.
Inilah sihir dari pesta politik kepemimpinan abad modern. Ketika keterlibatan massa warganegara menjadi syarat mutlak penyelenggaraannya dan penentu utama keterpilihan seorang yang akan meduduki kursi kekuasaan formal. Maka selamanya prosesi politik demokrasi modern ini senantiasa meriah dan penuh hiruk pikuk sepanjang pelaksanaannya, terutama ketika dunia semakin mengeceil ‘ruangnya’ akibat revolusi tehnologi informasi dan komunikasi di abad mutakhir ini. Terasa seluruh posesi demokrasi politik ini tembus pandang, tidak ada lagi yang tersisah dalam persembunyian, seluruhnya transparan. Sifat dari transparansi ini yang mendorong semangat keterlibatan massa warga makin meningkat seiring waktu.
9 Juli 2014 juga menjadi puncak dari serangkaian usaha maksimal dari masing-masing capres dan cawapres. Telah dikerahkan seluruhnya, jiwa dan raga, peluh keringat dan harapan, waktu, uang dan doa-doa. Seluruhnya demi memenangkan dan mengambil hati rakyat seluruh nusantara. Ditengah masa menanti, mungkin saja Tuhan akan menjadi tumpuan harapan paling ‘pasti’, mereka akan banyak ‘mengunjungiNya’. Dan berharap dengan sangat Yang Kuasa menentukan takdir kemenenangannya atas diri mereka. Sesuatu yang almiah yang harus dilakukan manusia ketika mengalami ‘ketakberdayaan’. 9 Juli 2014 tentu saja Sang Pemilik langit dan bumi ini juga akan mentukan pilihannya, sebagai jawaban atas lontaran doa-doa capres dan cawapres tersebut.
Tradisi politik pergantian penguasa pemerintahan modern republik ini, telah berlangsung dalam tiga gelombang sejarah. Disetiap lipatan gelombang itu tercatat tanggal-tanggal penting ketika secara ‘istemewa’ rakyat menentukan sendiri pemimpin bagi negerinya. Pilpres yang diselenggrakan 9 Juli 2014 menjadi sangat ‘istimewa’ karena menjadi kali ke tiga pilpres dilaksanakan dalam atmosfir demokrasi langsung di era reformasi ini. Berbeda pada sejarah sebelumnya, saat bangsa ini masih ‘belajar’ demokrasi, sehingga hasilnya seringkali ‘mengecewakan’. Namun sifat langsung demokrasi sekarang ini, tengah membangkitkan kembali optimisme dan kegairahan sesungguhnya bagi massa warga dalam konstalasi politik nasional.
Dan untuk pertama kalinya gairah itu sedemikian membuncah dalam momen pilpres kali ini. Dua pasang kandidiat (Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK) telah menyedot perhatian warga secara berimbang dan cenderung masif. Beberapa Windu belakangan ini, selama agenda-agenda resmi pilpres dimulai, suara-suara mengenai pilpres menggelayut hampir memenuhi seluruh ruang publik bahkan sampai ke sudut-sudut desa terpencil sekalipun. Ruang nusantara pada setiap hari begitu ramai dan seruh dibanjiri informasi mengenai sosok-sosok para kandidat. Publik kita begitu keranjingan ketika tema wacananya menyangkut dua pasang kandidiat ini. Gairah berdemokrasi di era ini, betul-betul tengah mempertilhatkan bentuknya yang ideal. Fenomena ini juga mendesak para ‘kaum putih’ untuk meninggalkan kebiasaan ‘buruknya’ dan menetapkan diri menjadi bagian dari antrian warga pemilih. Mungkin saja era ‘golput’ akan berakhir setelah peristiwa penting ini.
Takdir menjadi pemilih dan dipilih akan kembali berbicara pada 9 Juli 2014. Hasilnya adalah kemenangan bagi warga bangsa tanpa terkecuali. Ibarat sebuah musim, setiap musim membawa dan menyimpan keindahan dan kesedihannya masing-masing. Kedatangan musim-musim ini bukanlah bencana bagi manusia. Setiap musim adalah tantangan alamiah yang harus dihadapi manusia. Tanggapan yang baik atau positif terhadap tantangan, akan samakin meninggikan derajat kualitas kehidupan manusia, demikian pula sebaliknya, tanggapan negatif hanya akan memperburuk situasi atau keadaan masyarakat manusia.
Pilpres 9 Juli 2014 ini juga demikian, hanyalah putaran limatahunan dari musim pemilu dalam semesta politik demokrasi modern republik ini. Semuanya ‘alamiah’ saja dalam pengertian, bahwa momen ini adalah momen rasional dari model atau sistem politik pemerintahan moderen kita yang memang harus terselenggara. Mengenai hiruk pikuk dan kegairahan yang terjadi, itu situasional saja karena memang terdapat faktor-faktor yang memicunya, terutama pribadi para kandidat, sitausi nasional dan global serta visi dan misi mereka. Maka patutlah kita bersuka pada kedua pasang kandidat dalam pilpres ini, ketika menyebut 9 Juli 2014, Prabowo mengatakan ini ‘hari kemenangan’ dan Jokowi menyebutnya ‘hari menggembirakan’.
Label: Politik Nasional
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda