HARI KEMENANGAN
Hari Kemenangan adalah sebuah istillah populer ketika tiba waktu berlebaran bagi kaum muslim. Popularitas ini biasanya berlangsung seminggu sebelum dan sesudah waktu istimewa itu datang. Masyarakat muslim menyambutnya dalam beragam bentuk kegiatan harian. Disambut oleh hampir semua lapiran usia dalam masyarakat yang melaksanakan ibadah puasa. Kebahagiaan menjadi tanda utama dari semangat penyambutan dan dalam proses menjalankan ketika tiba waktu yang dinanti-nanti ini.
Berlebaran kemudian menjadi 'ritual' akhir pasca berpuasa sebulan penuh. Berlebaran bagi kaum muslimin, kemudian menjadi tradisi keagamaan yang feomenal, bukan hanya bagi masyarakat dunia, tetapi terutama pribadi-pribadi muslim yang menerimah ibadah ini secara tulus. Pada momen berlebaran inilah hari kemenangan itu 'dirayakan'.
Perayaan kemenangan ini, tidak hanya berhenti sebagai sebuah 'simbol', namun melampauinya dan menyusup hingga ke maknanya yang hakiki. Salah satu tanda yang 'unik' kita temukan adalah, adanya kecenderungan 'kekanak-kanakan' masyarakat muslim, memperbarui seluruh aksesoris yang ada, baik yang melekat di tubuhnya maupun dalam tempat tinggalnya. Sehingga menjelang lebaran, berbondong-bondong kita memenuhi tempat-tempat belanja dari pasar tradisional, mall, swalayan, supermarket hingga hipermarket. Ini demi memenuhi kebutuhan kita akan aksesoris-aksesoris baru itu. Tradisi berlebaran selalu didahului ritual belanja untuk pem-baru-an. Sesungguhnya ini hanyalah simbol, mengenai 'kelahiran' kembali di bulan suci ini. Setelah menjalankan ibadah sebulan penuh, manusia muslim kembali lahir dalam 'kefitrahannya'. Seluruh dimensinya mengalami pem-baru-an tersebut. Kita kembali fitrah.
Baju baru, kursi dan lemari baru, cet rumah yang baru, mobil baru dan semua yang baru yang kita miliki, hanyalah refleksi dari makna 'baru' yang sesungguhnya. Aksesoris ini merupakan penggambaran dari sebuah 'kedalaman tertentu' yang bersifat sejati dari hari kemenangan di bulan fitrah ini. Kesemarakan yang baru ini adalah perayaan kemenangan atas perjuangan yang 'melelahkan' hingga tiba waktu kemenangan yang ditunggu itu datang. Kesemarakan yang terjadi dalam momentum lebaran, dimana semangat kegembiraan menampakkan diri sedemikian vulgar dalam bentuknya yang paling 'ektrem', adalah perayaan kemenangan.
Tentu saja kemenangan itu ada yang sejati dan ada yang 'main-main' alias semu semata, karena seringkali kita hanya menjadikan momen 'kemenangan' ini sebagai ajang 'pamer diri' saja. Mereka yang meraih kemenangan sejati kadang tidak nampak secara 'semarak' oleh mata, seringkali hanya terasa secara personal yang juga tidak terkatakan oleh bahasa dan penampilan-penampilan secara vulgar. Kemenangan sejati perayaannya tidak sebagaimana perayaan non sejati. Perayaan itu mungkin terjadi hanya dalam labirin hati yang suci. Hati yang mendapat rahmat Ilahi karena perjuangannya yang sungguh-sungguh di bulan ramadhan.
Apapun bentuk perayaan kemenangan pasca ibadah suci bulan ramadhan, bagi masyarakat muslim tradisi perayaan dalam bentuk berlebaran, akan selalu ada dalam segala dinamikanya. Satu hal yang tak akan tertolak oleh kaum muslim adalah rasa bahagia yang meruah dari setiap jiwa mereka. Kebahagiaan ini kemudian memicu rindu bagi mereka yang berjauhan dengan orang yang dikasihi, sehingga menimbulkan gelombang mudik disetiap tempat diseluruh penjuru dunia. Rasa rindu itu juga kemudian mewujud dalam ragam bentuk sillaturahmi antar saudara, keluarga, kerabat dan tetangga. Saling berbagi kebahagiaan dalam jamuan makanan-makanan khas setiap datang waktu lebaran. Dan paling subtansial adalah kerelaan untuk meminta dan saling memberi maaf antar sesama.
Telah datang lagi, hari kemenangan yang 1435 kalinya. Setiap kita akan menunggu kedatangannya pada setiap tahun yang menjelang, dengan doa-doa harapan kepada Sang Pemberi Kemenangan. Harapan yang tiada pupus setiap kita panjatkan untuk kembali menemui kebahagiaan sejati itu dalam melaksanakan ibadah suci ramadhan. 1435 sudah kita setia merayakan kemenangan setiap tahunnya. Sejarah dan nilai-nilai keislaman telah mengajarkan kepada kita betapa pentingnya berjuang mensucikan diri dalam ibdah untuk sebuah kemenangan yang hakiki.
Label: Dunia Islam
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda