Menanti Si Bulan Perawan
Dalam kalender Islam, saat ini kita berada di bulan Rajab. Sebuah bulan yang merupakan gerbang masuk ke kota bulan perawan; bulan ramadhan. Begitu sering para bijaksanawan mengomentarinya. Seluruh dunia akan menyambut datangnya sang bulan suci. Ini adalah tradisi masyarakat muslim yang dilakukan dari sejak awal berdirinya hingga kelak dunia ini berakhir sejarahnya.
Bulan ramadhan bagi orang dan masyarakat Muslim adalah bulan khas, unik dan berbeda. Banyak hal yang membedakannya dengan bulan-bulan yang lain. Beberapa yang paling nyata antara lain adalah adanya perayaan sambutan yang sering dilakukan oleh masyarakat desa dengan ritual-ritual tertentu. Bagi masyarakat kota biasanya dengan menggelar event-event keagamaan; adanya sholat malam berjamaah (Tharaweh), sholat subuh rame-rame dilanjutkan jalan pagi rame-rame, pola makan yang berbeda karena setiap jelang subuh kita harus bangun makan sahur, dan lain-lain.
Perasaan muslim yang setiap tahun melakoni ibadah puasanya dalam bulan ramadhan dengan tulus, akan merasakan suasana hati yang damai dan gembira setiap bulan itu datang menjelang. Seolah ingin menjemput kehadiran bidadari membawa reski keberuntungan dan keberlimpahan rahmat, emosi orang-orang ini hanyut dalam ritme kesyahduan religius. Tapi tentu tidak semua dari kita masyarakat muslim mampu merasakannya.
Persaaan sublim sedemikian itu hanyalah milik mereka yang terpilih karena kesungguh-sungguhannya menjalani ibadah puasa; tidak secara sederhana tetapi dengan kedalaman pengetahuan. Bagi kita yang awam, kegembiraan menjelang kedatangan tamu agung bernama bulan ramadhan ini, hanya stimulan psikologi semata. Dipicu oleh karena rutinitas masyarakat secara umum dari sebuah kebiasaan massal yang sudah berlangsung sekian abad lamanya dalam sejarah kita sebagai masyarakat muslim, dari tahun ketahun. Efeknya jelas hanya bersifat eforia saja.
Tetapi inilah luar biasanya, meskipun hanya karena eforia dari perasaan berkebudayaan Islam, suasana jelang bulan suci ramadahan dari tahun ke tahun tetap terasa kesyahduannya. Perasaan religius itu menyelinap kesetiap lipatan perasaan hati kaum mulsim dengan begitu lembutnya. Tak terkira perasaan itu menjaring seluruh hati masyarakat muslim seluruh penjuruh dunia.
Dan bahwa setiap dari kita tahu; bulan ramadhan itu telah melekat dalam dirinya sebutan sebagai bulan suci. Jadi bolehlah kita meyebutnya secara secerhana sebagai bulan perawan. Perawan selalu bekonotasi suci dan kalo suci sudah pasti masih perawan. Dan tidak mungkin perawan kalo tidak suci. Saya yakin anda tidak bingung, ini sederhanya saja.
Bulan ramadhan adalah bulan suci. Bulan seribu bulan, kata orang. Bulan penuh ampunan, penuh rahmat dan pertobatan. Seluruh setan di kerangkeng, kata orang lagi. Bulan pilihan dan penuh ujian kesabaran, sebab harus menahan lapar dan dahaga. Bukan hanya menahan kebutuhan material tetapi juga psokologis.
Dan sebenarnya apa yang paling istimewa dalam bulan ramadhan ini sehingga begitu antisias masyarakat muslim melakoninya? Sebenarnnya yang bisa menjawab ini adalah ahlinya. Meskipun saya bukan ahli, tidak salah kalo saya mengeluarkan pendapat juga. Menurut hemat saya: keistimewaan dari bulan perawan ini adalah karena perilaku ibdah menahan dalam bulan itu bisa dilakukan secara massal dan beban psikologis ibadah itu menjadi ringan bila jika kita harus berpusa sendiri-sendiri. Selain itu, suasana setiap jelang buka puasa adalah moment-moment kehidupan yang seringkali sulit terucapkan. Ada nuansa dan suanan kebahagiaan yang mengalir kesegenap penjuru hati ketika itu, dan pasti dirasakan oleh setiap orang mekipun sesaat lamayan. Dan yang terahkir, ini menurut ahlinya, bahwa puasa ini adalah ibadah "Milik Tuhan". Inilah yang istimewa dalam bulan suci ramadhan. Istimewa disini dimaksudkan bukan dalam pengertiannya yang mendalam dan sebenarnya, tetapi yang biasa-biasa saja dan subyektif.
Marhaban Ya Ramadhan.